Oktober 03, 2008

Masihkah Kita.....

Apakah engkau merasa bersyukur telah melepas masa lapar

dan dahaga dengan segala ?

Syukurlah, karena kita masih punya segala dan apa-apa

Apakah engkau pernah terfikir untuk menyambut idul fitri

dan hari kemenangan tanpa segala?

Syukurlah, karena masih banyak orang tanpa segala, dan tak punya apapun!

Kefitrian dan Kesucian, sayangnya, telah terusik

oleh keserbaan dan keanekaan yang begitu menggempita

sehingga, astaghfirullah, tanpa sadar

Kita telah mencederai perasaan mereka yang melepas masa

berlapar dan berdahaga puasa, tanpa mereka mampu terfikir

bahkan hanya mimpi saja tak sanggup, punya :

pun sehelai baju koko baru,

pun sebungkus kecil nastar,

pun semangkuk sayur lodeh,

pun sekaleng minuman berkarbonat,

pun sebidang dinding rumah bercat kapur baru,

pun selembar karpet plastik menutupi lubang pada lantai,

pun sehelai princess-style buat si bungsu,

pun……

pun……

Ya, Allah, Ya, Rabb

Mereka yang cuma punya sebuah senyum getir,

sembari menulisi “Selamat Iedul Fitri” dengan tangan gemetar

karena tetap lapar,

Sebab selepas berbuka dengan air putih, belum lagi

ada yang mengganjal perut yang melompong-kosong,

Mereka yang tersenyum getir, rasanya

lebih pantas menikmati lebaran ini karena penderitaan yang

jauh berkepanjangan dan tak habis-habisnya……

Selamat iedul fitri,

penuhi dengan semangat berbagi, kebersamaan

dan kesederhanaan

September 27, 2008

Serasan Cafe

Entah kenapa kemaren itu saya benar-benar kepingin mencari suasana lain dalam melaksanakan berbuka puasa. Setelah menimbang-nimbang dan 'belajar' dari pengalaman serta mendengar cerita dari mulut ke mulut, maka saya menyampaikan dengan istri untuk berbuka puasa di "Cafe Serasan". Saya juga mengusulkan untuk mengajak tiga keluarga tetangga terdekat---tempat saling curhat dan berkeluh-kesah---yang mana kebetulan satu keluarga besok akan berangkat ke Medan, untuk pulang kampung. Jadi lah kami rombongan sebanyak 18 orang dengan tiga mobil menuju lokasi. CAFE SERASAN. Memang benar-benar menjadi pilihan 'wisata kuliner' yang cukup unik. Bukan dari makanannya, tapi dari suasananya. Siang sebelumnya, saya sudah mengatur jadwal, tempat dan makanannya. Berhubung makanan berbukanya tidak memiliki banyak pilihan, saya memutuskan untuk menyiapkannya dari luar. Nah, suasana yang saya sebut-sebut tadi adalah suasana makan malam, diatas 'kapal pesiar'---tapi, jangan dibayangkan seperti kapal pesiar mewah bak Titanic yang kondang itu----bermesin 45 PK, berbodi kayu, dan ala kadarnya. Kapal itu diberi nama "Lancang Kuning", dengan harga sewa per setengah jam 200 ratus ribu rupiah. Namun, percayalah, semua keluarga merasa senang, semua amat bergembira, dan yang lebih penting semua menikmati. Suasana kejauhan seperti mesjid Jami' Keraton Pontianak, Jembatan Kapuas, dan Waterfront city di depan Markas Korem 121/Alambhanawannawai, yang bendang lampu-lampunya seperti tergambar dalam rekaman kamera handphone di atas.
Selamat berbuka puasa.......

Darussalam, Jum'at Terakhir Puasa

Ini adalah jum'at terakhir di bulan puasa dalam rangkaian perjalanan 'spiritual' seminggu sekali. Tadinya, pengen, beranjak ke wilayah kabupaten Pontianak. Namun ada saja kendala yang ada. Padahal, dari pukul 11.00 sudah siap di Manggala Group-nya bung Dedy Arfian. Tapi, berhubung urusan kliring antar bank dan meminta cheque dari rekanan sepertinya tak bisa ditinggalkan begitu saja, mengingat hari Senin depan sudah terakhir masa bank 'buka pintu' sebelum tiba waktu lebaran.
Baru pukul 11.35 setelah menyelesaikan semua urusan, dengan ditemani juga oleh bung Edwin, salah seorang pengurus HIPMI yang punya usaha Digital Printing, kami bergegas meninggalkan kantor dan mesjid yang dipilih adalah Mesjid Darussalam yang terletak di desa Banjar Baru Kecamatan Sei. Raya. Alhamdulillah, walaupun tinggal sepotong khutbah yang dapat diikuti, masih pula dapat disimak uraian sang khatib, yang jika dilihat sekilas mirip anggota jemaah Front Pembela Islam. Tapi, subhanallah, kefasihan dan dialektika bahasa arabnya serasa berada di jazirah dimana ayat-ayat suci Allah ini diturunkan. Berhubung mesjid ini berdekatan dengan kantor Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi, maka beberapa orang jemaah kebetulan memang saya kenal dekat karena berhubungan kerja selama ini, baik di Hubda, Hubla, maupun Hubdara. Ahlan Wa Sahlan!

September 25, 2008

Pontren Itu Memprihatinkan

SUNGGUH kesempatan ini tidak boleh dilewatkan begitu saja.Karena tidak setiap orang memiliki dan diberikan kesempatan seperti ini. Kemaren siang menjelang sore, saya berkesempatan mengikuti kegiatan anjangsana Panitia Ramadhan SMU Muhammadiyah 1 Pontianak yang diketuai oleh sdr. Iswaldi. Pak Mude---demikian panggilan akrab untuk Drs. Ahmad Zaini Kepsek SMU Muhammadiyah itu----telah sejak tiga hari yang lalu mewanti-wanti saya agar ikut dalam rombongan anjangsana tersebut, bersama-sama pula dr.H. Nursyam Ibrahim, M.Kes Kadis Kesehatan Kabupaten Kubu Raya yang sekaligus akan memberikan tausyiahnya.Dalam kesempatan menyampaikan kata sambutannya, Drs. Ahmad Zaini menyempatkan memperkenalkan saya selaku calon legislatif dari Dapil Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya untuk DPRD Propinsi Kalbar.
Pontren "Hidayatush Shalihin" ini terletak di desa Parit Sembin, dimana jalan masuknya tepat berada di depan Graha Equator, masuk ke dalam sekitar 4 km lagi. Sekitar 1,5km, jalan masuknya merupakan jalan rabat beton lebar 1,5 m, lalu sekitar 1,5 km berikutnya merupakan jalan rabat beton yang lebarnya "cuma" setengah meter.Dan, 1 km terakhir, masih jalan tanah gambut, yang dibeberapa bagian yang tergenang air mampu menenggelamkan setengah bagian roda sepeda motor! DALAM tausyiahnya dr. Nursyam yang juga kandidat Wakil Bupati Kubu Raya yang akan berpasangan dengan Drs. H.Abang Rasmansyah ini menyampaikan betapa berharganya hidup sehat bagi manusia. Apabila semua organ tubuh manusia dihitung dengan uang---diidentikkan dengan harga organ tubuh seseorang yang akan dicangkokkan ke orang lain, berikut dengan biaya operasinya---maka, harga tubuh sehat seorang manusia akan mencapai nilai 10-15 Milyard rupiah. Subhanallah! Maka, sebagaimana dikatakan oleh salah satu sabda nabi SAW, bahwasanya nikmat sehat adalah karunia Allah yang sangat tak ternilai harganya. NAMUN yang juga sungguh memprihatinkan adalah kondisi pontren itu sendiri, yang amat jauh dari lingkungan sekitar, tanpa penerangan listrik, bangunan yang dibuat apa adanya ( dan, memang belum selesai dibangun ), dengan jumlah santriwan/wati sebanyak 70 orang.Dalam kesempatan itu, Panitia Ramadhan SMU Muhammadiyah memberikan sumbangan, begitu juga dr. H. Nursyam dan saya sendiri menyampaikan infaq.